BERBAGAI REFERENSI DARI BEBERAPA SUMBER

Profil Singkat Perusahaan AT&T

TUGAS SOFTSKILL
NAMA : LUTFI MIFTAHUDIN
NPM:54412287
KELAS : 4IA21





AT & T Inc (American Telephone and Telegraph Company Inc) adalah sebuah perusahaan telekomunikasi multinasional Amerika, yang berkantor pusat di Whitacre Menara di pusat kota Dallas, Texas . AT & T adalah Penyedia terbesar kedua telepon seluler dan penyedia terbesar telepon tetap di Amerika Serikat, dan juga menyediakan layanan televisi berlangganan broadband. AT & T merupakan perusahaan terbesar ketiga di Texas (perusahaan terbesar non-minyak, di belakang hanya ExxonMobil dan ConocoPhillips, dan juga perusahaan terbesar Dallas). Pada Mei 2014, AT & T adalah 23-perusahaan terbesar di dunia sebagai diukur dengan gabungan dari pendapatan, laba, aset dan nilai pasar, dan 16-terbesar perusahaan non-minyak Pada tahun 2015, itu. juga-20 terbesar operator telekomunikasi seluler di dunia, dengan lebih dari 123.900.000 pelanggan seluler. 


  • SEJARAH AT&T
Sejarah berdirinya AT&T tak pernah lepas dari sejarah penemuan telepon oleh Alexander Graham Bell pada 1875. Selama abad 19, AT&T merupakan induk perusahaan dari Bell System, perusahaan telepon yang didirikan oleh Graham Bell, yang menyediakan layanan telepon terbaik di dunia. Maka dari itu logo AT&T selalu bersanding dengan brandname American Bell. Logo AT&T sendiri secara visual berupa lingkaran yang melambangkan bola dunia, tersusun dari garis-garis dengan efek optis tiga dimensi yang berkesan high technology. Logo tersebut didesain oleh Saul Bass. Secara keseluruhan logo ini merupakan simbolisasi dunia yang dipenuhi komunikasi elektronik. Kemudian pada tahun 1984, AT&T mengalami divestasi dan restrukturisasi perusahaan yang menjadikan perusahaan itu terbagi menjadi 8 perusahaan dengan masing-masing jenis usaha, dan sejak saat itu AT&T menjadi satu perusahaan sendiri yang khusus menangani layanan telekomunikasi terintegrasi serta produsen peralatan telekomunikasi. Turut mengalami perubahan juga pada logo AT&T, yaitu dengan menghapus brandname American Bell dan menggantikannya dengan nama perusahaan yakni AT&T yang dipergunakan hingga sekarang.

Pada tahun 1984, pemerintah AS memutuskan monopoli AT & T dan mengharuskan AT & T untuk melakukan divestasi anak perusahaan regional dan mengubahnya menjadi perusahaan individu. Perusahaan-perusahaan baru ini dikenal dengan Regional Bell Operating Companies, atau lebih informalnya, Baby Bells. Dari pengaturan ini, SBC Communications Inc (sebelumnya dikenal sebagai Southwestern Bell Corp) lahir. AT & T tetap mengoperasikan layanan jarak jauhnya, namun karena perpisahan itu, muncullah pesaing Bell seperti MCI dan Sprint.

Pada babak berikutnya dari tahun 1990-an, perusahaan mengakuisisi beberapa perusahaan telekomunikasi lainnya dan menjual  bisnis kabelnya. SBC Communications Inc menempatkan dirinya sebagai penyedia komunikasi global dengan mengakuisisi Pacific Telesis Group (1997), Southern New England Telekomunikasi (1998) dan Ameritech Corp (1999). Pada tahun 2005, SBC Communications Inc mengakuisisi AT & T Corp, menciptakan AT & T baru. 

Pada tahun 2005, SBC dibeli AT & T sebesar $ 16 miliar. Setelah pembelian ini, SBC mengadopsi nama dan merek  AT & T. AT & T 1885 yang dulu masih ada dan menjadi anak perusahaan telepon jarak jauh dari perusahaan ini. Saat ini, AT & T memiliki 11 dari 24 perusahaan Sistem Bell.

  • AT & T DI INDONESIA


AT&T siap meramaikan industri layanan sistem komunikasi data (Siskomdat) Indonesia dengan katalis baru untuk mengembangkan bisnis perusahaan di Asia. AT & T biasanya menyediakan layanan bisnis, seperti jaringan privat virtual, aplikasi bisnis dan akses jaringan bagi perusahaan multi-nasional.

Melalui lisensi baru, perusahaan berencana menawarkan layanan telepon Internet dan jaringan berhasil perusahaan global di Indonesia. Layanan sistem komunikasi data sendiri merupakan salah satu bagian dari jasa multimedia. Hanya saja, layanan ini kurang populer di masyarakat, karena target pasarnya lebih ke segmen korporat.

AT & T merupakan operator telekomunikasi asing pertama yang diberikan izin beroperasi di Indonesia. Sebelumnya, perusahaan telah menjual layanan dalam kemitraan dengan penyedia lokal. Sebuah lisensi memungkinkan AT & T memberikan pelayanan langsung kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia, yang dapat dorongan pendapatan dan margin, karena perusahaan tidak perlu berbagi pangsa pasar.

Lisensi menggarisbawahi pentingnya operasi di luar negeri sebagai pendorong pertumbuhan. Ini juga menggambarkan kecenderungan pelonggaran peraturan kontrol suatau negara atas bisnis. Akses yang lebih luas bagi perusahaan-perusahaan telekomunikasi AS berarti suatu aksi ekspansif untuk unit bisnis, yang masih menghadapi stagnasi di pasar perumahan.

Pengajuan izin AT&T ini dimungkinkan karena sesuai Peraturan Presiden nomor 36 tahun 2010 tentang Daftar Negatif Investasi (DNI). Bahkan bidang Siskomdat dibuka untuk asing hingga 95%.

Sampai saat ini hanya ada 9 perusahaan yang memegang izin penyelenggara Siskomdat di Indonesia, semuanya murni investasi domestik. Mereka adalah PT Sejahtera Globalindo, PT Sistelindo Mitralintas, PT Centrin Nuansa Teknologi, PT Berca Hardayaperkasa, PT Dini Nusa Kusuma, PT EDI Indonesia, PT Imani Prima, PT Patrakom, PT Aplikanusa Lintasarta.

Roman Pacewicz, wakil presiden senior pemasaran dan strategi global untuk AT & T mengatakan, ada kecenderungan umum di kawasan, dimana negara-negara membuka diri, "Setiap pasar Asia adalah pasar yang perlu dicermati dan dievaluasi."

Asia-Pasifik adalah kawasan global kedua terbesar dengan tingkat pertumbuhan tahunan dua digit selama lima tahun terakhir. Bandingkan dengan pendapatan bisnis total AT & T yang justru turun 4,5% menjadi US$ 9,3 miliar pada kuartal dua ini.

Hal ini terjadi walaupun layanan yang lebih canggih, seperti protokol Internet, menunjukkan pertumbuhan. Perusahaan telah mendorong menggantikan warisan telepon lamanya dan pendapatan koneksi internet dengan layanan berbasis internet canggih.

Dengan daya tarik kawasan Asia-Pasifik, tak heran bila selain Indonesia, AT & T juga melirik ke Thailand dan Vietnam, pasar dengan pertumbuhan cepat lainnya, yang baru-baru ini melonggarkan peraturan mereka.

AT&T tergiur oleh manisnya pundi-pundi pendapatan di kawasan ini. Setelah diizinkan beroperasi di India pada 2006 lalu, perusahaan mengalami lonjakan pendapatan 60% pada tahun berikutnya. Sejak itu, pendapatan di India terus berkembang dua digit, apalagi negara ini merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat. AT&T juga menerima lisensi untuk beroperasi di Malaysia tahun lalu.

Saat ini, AT & T memiliki sekitar 80 pelanggan multinasional di Indonesia. Tetapi proses penagihan dan layanan jual rumit karena pengaturan kemitraan. Pacewicz yakin lisensi memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan basis pelanggan di negara ini.

Perseroan melalui proses dua tahun pengajuan izin dan bertahan dalam proses audit untuk memperoleh lisensi. Selain harus berkomitmen untuk investasi di Indonesia, meskipun perusahaan menolak menentukan bentuknya. Sementara pemberian lisensi di masa lalu, menyebabkan pijakan kuat di Indonesia dan percikan pertumbuhan pendapatan.

Masuknya AT & T di Indonesia bisa berarti persaingan yang lebih ketat bagi penyedia telekomunikasi lokal di Indonesia, termasuk Indosat. Tapi Pacewicz mengatakan bahwa hal itu akan terjadi setelah AT&T menjadi perusahaan global yang lebih besar, meninggalkan bisnis lokal ke penyedia domestik


AT&T siap meramaikan industri layanan sistem komunikasi data (Siskomdat) Indonesia dengan katalis baru untuk mengembangkan bisnis perusahaan di Asia. AT & T biasanya menyediakan layanan bisnis, seperti jaringan privat virtual, aplikasi bisnis dan akses jaringan bagi perusahaan multi-nasional.

Melalui lisensi baru, perusahaan berencana menawarkan layanan telepon Internet dan jaringan berhasil perusahaan global di Indonesia. Layanan sistem komunikasi data sendiri merupakan salah satu bagian dari jasa multimedia. Hanya saja, layanan ini kurang populer di masyarakat, karena target pasarnya lebih ke segmen korporat.

AT & T merupakan operator telekomunikasi asing pertama yang diberikan izin beroperasi di Indonesia. Sebelumnya, perusahaan telah menjual layanan dalam kemitraan dengan penyedia lokal. Sebuah lisensi memungkinkan AT & T memberikan pelayanan langsung kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia, yang dapat dorongan pendapatan dan margin, karena perusahaan tidak perlu berbagi pangsa pasar.

Lisensi menggarisbawahi pentingnya operasi di luar negeri sebagai pendorong pertumbuhan. Ini juga menggambarkan kecenderungan pelonggaran peraturan kontrol suatau negara atas bisnis. Akses yang lebih luas bagi perusahaan-perusahaan telekomunikasi AS berarti suatu aksi ekspansif untuk unit bisnis, yang masih menghadapi stagnasi di pasar perumahan.

Pengajuan izin AT&T ini dimungkinkan karena sesuai Peraturan Presiden nomor 36 tahun 2010 tentang Daftar Negatif Investasi (DNI). Bahkan bidang Siskomdat dibuka untuk asing hingga 95%.

Sampai saat ini hanya ada 9 perusahaan yang memegang izin penyelenggara Siskomdat di Indonesia, semuanya murni investasi domestik. Mereka adalah PT Sejahtera Globalindo, PT Sistelindo Mitralintas, PT Centrin Nuansa Teknologi, PT Berca Hardayaperkasa, PT Dini Nusa Kusuma, PT EDI Indonesia, PT Imani Prima, PT Patrakom, PT Aplikanusa Lintasarta.

Roman Pacewicz, wakil presiden senior pemasaran dan strategi global untuk AT & T mengatakan, ada kecenderungan umum di kawasan, dimana negara-negara membuka diri, "Setiap pasar Asia adalah pasar yang perlu dicermati dan dievaluasi."

Asia-Pasifik adalah kawasan global kedua terbesar dengan tingkat pertumbuhan tahunan dua digit selama lima tahun terakhir. Bandingkan dengan pendapatan bisnis total AT & T yang justru turun 4,5% menjadi US$ 9,3 miliar pada kuartal dua ini.

Hal ini terjadi walaupun layanan yang lebih canggih, seperti protokol Internet, menunjukkan pertumbuhan. Perusahaan telah mendorong menggantikan warisan telepon lamanya dan pendapatan koneksi internet dengan layanan berbasis internet canggih.

Dengan daya tarik kawasan Asia-Pasifik, tak heran bila selain Indonesia, AT & T juga melirik ke Thailand dan Vietnam, pasar dengan pertumbuhan cepat lainnya, yang baru-baru ini melonggarkan peraturan mereka.

AT&T tergiur oleh manisnya pundi-pundi pendapatan di kawasan ini. Setelah diizinkan beroperasi di India pada 2006 lalu, perusahaan mengalami lonjakan pendapatan 60% pada tahun berikutnya. Sejak itu, pendapatan di India terus berkembang dua digit, apalagi negara ini merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat. AT&T juga menerima lisensi untuk beroperasi di Malaysia tahun lalu.

Saat ini, AT & T memiliki sekitar 80 pelanggan multinasional di Indonesia. Tetapi proses penagihan dan layanan jual rumit karena pengaturan kemitraan. Pacewicz yakin lisensi memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan basis pelanggan di negara ini.

Perseroan melalui proses dua tahun pengajuan izin dan bertahan dalam proses audit untuk memperoleh lisensi. Selain harus berkomitmen untuk investasi di Indonesia, meskipun perusahaan menolak menentukan bentuknya. Sementara pemberian lisensi di masa lalu, menyebabkan pijakan kuat di Indonesia dan percikan pertumbuhan pendapatan.

Masuknya AT & T di Indonesia bisa berarti persaingan yang lebih ketat bagi penyedia telekomunikasi lokal di Indonesia, termasuk Indosat. Tapi Pacewicz mengatakan bahwa hal itu akan terjadi setelah AT&T menjadi perusahaan global yang lebih besar, meninggalkan bisnis lokal ke penyedia domestik. - See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/1584282/mencermati-kiprah-att-di-indonesia#sthash.EU35OdUq.dpu
AT&T siap meramaikan industri layanan sistem komunikasi data (Siskomdat) Indonesia dengan katalis baru untuk mengembangkan bisnis perusahaan di Asia. AT & T biasanya menyediakan layanan bisnis, seperti jaringan privat virtual, aplikasi bisnis dan akses jaringan bagi perusahaan multi-nasional.

Melalui lisensi baru, perusahaan berencana menawarkan layanan telepon Internet dan jaringan berhasil perusahaan global di Indonesia. Layanan sistem komunikasi data sendiri merupakan salah satu bagian dari jasa multimedia. Hanya saja, layanan ini kurang populer di masyarakat, karena target pasarnya lebih ke segmen korporat.

AT & T merupakan operator telekomunikasi asing pertama yang diberikan izin beroperasi di Indonesia. Sebelumnya, perusahaan telah menjual layanan dalam kemitraan dengan penyedia lokal. Sebuah lisensi memungkinkan AT & T memberikan pelayanan langsung kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia, yang dapat dorongan pendapatan dan margin, karena perusahaan tidak perlu berbagi pangsa pasar.

Lisensi menggarisbawahi pentingnya operasi di luar negeri sebagai pendorong pertumbuhan. Ini juga menggambarkan kecenderungan pelonggaran peraturan kontrol suatau negara atas bisnis. Akses yang lebih luas bagi perusahaan-perusahaan telekomunikasi AS berarti suatu aksi ekspansif untuk unit bisnis, yang masih menghadapi stagnasi di pasar perumahan.

Pengajuan izin AT&T ini dimungkinkan karena sesuai Peraturan Presiden nomor 36 tahun 2010 tentang Daftar Negatif Investasi (DNI). Bahkan bidang Siskomdat dibuka untuk asing hingga 95%.

Sampai saat ini hanya ada 9 perusahaan yang memegang izin penyelenggara Siskomdat di Indonesia, semuanya murni investasi domestik. Mereka adalah PT Sejahtera Globalindo, PT Sistelindo Mitralintas, PT Centrin Nuansa Teknologi, PT Berca Hardayaperkasa, PT Dini Nusa Kusuma, PT EDI Indonesia, PT Imani Prima, PT Patrakom, PT Aplikanusa Lintasarta.

Roman Pacewicz, wakil presiden senior pemasaran dan strategi global untuk AT & T mengatakan, ada kecenderungan umum di kawasan, dimana negara-negara membuka diri, "Setiap pasar Asia adalah pasar yang perlu dicermati dan dievaluasi."

Asia-Pasifik adalah kawasan global kedua terbesar dengan tingkat pertumbuhan tahunan dua digit selama lima tahun terakhir. Bandingkan dengan pendapatan bisnis total AT & T yang justru turun 4,5% menjadi US$ 9,3 miliar pada kuartal dua ini.

Hal ini terjadi walaupun layanan yang lebih canggih, seperti protokol Internet, menunjukkan pertumbuhan. Perusahaan telah mendorong menggantikan warisan telepon lamanya dan pendapatan koneksi internet dengan layanan berbasis internet canggih.

Dengan daya tarik kawasan Asia-Pasifik, tak heran bila selain Indonesia, AT & T juga melirik ke Thailand dan Vietnam, pasar dengan pertumbuhan cepat lainnya, yang baru-baru ini melonggarkan peraturan mereka.

AT&T tergiur oleh manisnya pundi-pundi pendapatan di kawasan ini. Setelah diizinkan beroperasi di India pada 2006 lalu, perusahaan mengalami lonjakan pendapatan 60% pada tahun berikutnya. Sejak itu, pendapatan di India terus berkembang dua digit, apalagi negara ini merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat. AT&T juga menerima lisensi untuk beroperasi di Malaysia tahun lalu.

Saat ini, AT & T memiliki sekitar 80 pelanggan multinasional di Indonesia. Tetapi proses penagihan dan layanan jual rumit karena pengaturan kemitraan. Pacewicz yakin lisensi memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan basis pelanggan di negara ini.

Perseroan melalui proses dua tahun pengajuan izin dan bertahan dalam proses audit untuk memperoleh lisensi. Selain harus berkomitmen untuk investasi di Indonesia, meskipun perusahaan menolak menentukan bentuknya. Sementara pemberian lisensi di masa lalu, menyebabkan pijakan kuat di Indonesia dan percikan pertumbuhan pendapatan.

Masuknya AT & T di Indonesia bisa berarti persaingan yang lebih ketat bagi penyedia telekomunikasi lokal di Indonesia, termasuk Indosat. Tapi Pacewicz mengatakan bahwa hal itu akan terjadi setelah AT&T menjadi perusahaan global yang lebih besar, meninggalkan bisnis lokal ke penyedia domestik. - See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/1584282/mencermati-kiprah-att-di-indonesia#sthash.EU35OdUq.dpuf
AT&T siap meramaikan industri layanan sistem komunikasi data (Siskomdat) Indonesia dengan katalis baru untuk mengembangkan bisnis perusahaan di Asia. AT & T biasanya menyediakan layanan bisnis, seperti jaringan privat virtual, aplikasi bisnis dan akses jaringan bagi perusahaan multi-nasional.

Melalui lisensi baru, perusahaan berencana menawarkan layanan telepon Internet dan jaringan berhasil perusahaan global di Indonesia. Layanan sistem komunikasi data sendiri merupakan salah satu bagian dari jasa multimedia. Hanya saja, layanan ini kurang populer di masyarakat, karena target pasarnya lebih ke segmen korporat.

AT & T merupakan operator telekomunikasi asing pertama yang diberikan izin beroperasi di Indonesia. Sebelumnya, perusahaan telah menjual layanan dalam kemitraan dengan penyedia lokal. Sebuah lisensi memungkinkan AT & T memberikan pelayanan langsung kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia, yang dapat dorongan pendapatan dan margin, karena perusahaan tidak perlu berbagi pangsa pasar.

Lisensi menggarisbawahi pentingnya operasi di luar negeri sebagai pendorong pertumbuhan. Ini juga menggambarkan kecenderungan pelonggaran peraturan kontrol suatau negara atas bisnis. Akses yang lebih luas bagi perusahaan-perusahaan telekomunikasi AS berarti suatu aksi ekspansif untuk unit bisnis, yang masih menghadapi stagnasi di pasar perumahan.

Pengajuan izin AT&T ini dimungkinkan karena sesuai Peraturan Presiden nomor 36 tahun 2010 tentang Daftar Negatif Investasi (DNI). Bahkan bidang Siskomdat dibuka untuk asing hingga 95%.

Sampai saat ini hanya ada 9 perusahaan yang memegang izin penyelenggara Siskomdat di Indonesia, semuanya murni investasi domestik. Mereka adalah PT Sejahtera Globalindo, PT Sistelindo Mitralintas, PT Centrin Nuansa Teknologi, PT Berca Hardayaperkasa, PT Dini Nusa Kusuma, PT EDI Indonesia, PT Imani Prima, PT Patrakom, PT Aplikanusa Lintasarta.

Roman Pacewicz, wakil presiden senior pemasaran dan strategi global untuk AT & T mengatakan, ada kecenderungan umum di kawasan, dimana negara-negara membuka diri, "Setiap pasar Asia adalah pasar yang perlu dicermati dan dievaluasi."

Asia-Pasifik adalah kawasan global kedua terbesar dengan tingkat pertumbuhan tahunan dua digit selama lima tahun terakhir. Bandingkan dengan pendapatan bisnis total AT & T yang justru turun 4,5% menjadi US$ 9,3 miliar pada kuartal dua ini.

Hal ini terjadi walaupun layanan yang lebih canggih, seperti protokol Internet, menunjukkan pertumbuhan. Perusahaan telah mendorong menggantikan warisan telepon lamanya dan pendapatan koneksi internet dengan layanan berbasis internet canggih.

Dengan daya tarik kawasan Asia-Pasifik, tak heran bila selain Indonesia, AT & T juga melirik ke Thailand dan Vietnam, pasar dengan pertumbuhan cepat lainnya, yang baru-baru ini melonggarkan peraturan mereka.

AT&T tergiur oleh manisnya pundi-pundi pendapatan di kawasan ini. Setelah diizinkan beroperasi di India pada 2006 lalu, perusahaan mengalami lonjakan pendapatan 60% pada tahun berikutnya. Sejak itu, pendapatan di India terus berkembang dua digit, apalagi negara ini merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat. AT&T juga menerima lisensi untuk beroperasi di Malaysia tahun lalu.

Saat ini, AT & T memiliki sekitar 80 pelanggan multinasional di Indonesia. Tetapi proses penagihan dan layanan jual rumit karena pengaturan kemitraan. Pacewicz yakin lisensi memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan basis pelanggan di negara ini.

Perseroan melalui proses dua tahun pengajuan izin dan bertahan dalam proses audit untuk memperoleh lisensi. Selain harus berkomitmen untuk investasi di Indonesia, meskipun perusahaan menolak menentukan bentuknya. Sementara pemberian lisensi di masa lalu, menyebabkan pijakan kuat di Indonesia dan percikan pertumbuhan pendapatan.

Masuknya AT & T di Indonesia bisa berarti persaingan yang lebih ketat bagi penyedia telekomunikasi lokal di Indonesia, termasuk Indosat. Tapi Pacewicz mengatakan bahwa hal itu akan terjadi setelah AT&T menjadi perusahaan global yang lebih besar, meninggalkan bisnis lokal ke penyedia domestik. - See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/1584282/mencermati-kiprah-att-di-indonesia#sthash.EU35OdUq.dpuf
sumber :
http://profil.merdeka.com/mancanegara/a/att/
https://en.wikipedia.org/wiki/AT%26T
https://handierawan.wordpress.com/2011/05/08/struktur-industri-komunikasi/ 
http://techno.okezone.com/read/2011/06/08/54/465922/at-t-resmi-masuki-pasar-telekomunikasi-indonesia